Buku Mewarna 9/11 Membuat Kemarahan Muslim AS
Sunday, September 4, 2011
0
comments

VIVAnews - Sebuah buku mewarna yang diterbitkan khusus untuk memperingati 10 tahun tragedi penyerangan teroris ke World Trade Center Amerika Syarikat (AS) atau lebih dikenal 9/11 telah membuat kemarahan dari kaum muslim AS.
Kaum muslim AS menilai buku tersebut memberi stereotip --pencitraan-- negatif pada umat Islam secara umum.
Dilapor dari laman Sydney Morning Herald pada Sabtu 3 September 2011, buku mewarna setebal 36 halaman tersebut bertajuk 'Jangan Pernah Kita Melupakan 9/11 - Buku Kebebasan Anak-Anak'. Di dalamnya terdapat momen-momen penting dari peristiwa 11 September 2001.
Salah satu halaman yang membuat kemarahan kaum muslim menggambarkan Osama Bin Laden --lengkap dengan serban dan jenggotnya, berlindung di balik seorang perempuan yang mengenakan niqab (cadar). Di depan mereka terdapat seorang pasukan Navy SEAL yang menembakkan senapangnya ke arah Bin Laden.
Teks yang menyertai gambar tersebut berbunyi: 'Anak-anak, faktanya adalah, aksi terorisme ini dilakukan oleh kelompok ekstremis Islam radikal yang benci kedamaian. Orang-orang gila ini membenci gaya hidup ala Amerika kerana kita BEBAS dan masyarakat kita BEBAS.'
Para pemuka agama Islam AS mengecam buku tersebut, yang dianggap tak boleh membezakan teroris yang bertanggung jawab atas serangan dengan pemeluk Islam pada umumnya. "Buku ini penuh kebencian, penghasut, dan tak pantas untuk usia berapa pun," kata Amina Sharif, dari Majelis Hubungan Islam-Amerika.
Sharif juga menambahkan bahawa frase 'kelompok ekstremis Islam radikal' digunakan lebih dari sepuluh kali. Dilapor dari laman TIME, Dawud Walid, wakil ketua Majelis Hubungan Islam-Amerika, menyampaikan bahawa buku itu akan secara tak langsung menanamkan dalam fikiran anak-anak bahwa Islam identik dengan terorisme.
Pengarang buku, Wayne Bell, mengatakan bahawa cetakan pertama buku tersebut sebanyak 10 ribu salinan telah terjual habis. Ia juga menambahkan bahawa bukunya tidak mengandung unsur menyinggung.
"Buku ini adalah tentang sejarah, jadi sangat faktual. Buku ini juga tidak menggambarkan suatu kelompok tertentu, dan kami bicara tentang 19 orang yang masuk AS dan membunuh ribuan orang," kata Bell. (art)
• VIVAnews
0 comments:
Post a Comment