Penyakit Baru: Alergik Wi-Fi
Saturday, September 24, 2011
0
comments

Penggunaan jaringan internet tanpa kabel atau Wi-Fi yang luas menandai perkembangan teknologi di era digital. Di balik kecanggihan yang tercipta, signal yang terpancar di hampir semua sudut ruang publik bisa jadi mulai membuat masalah kesehatan baru: alergik Wi-Fi.
Di Amerika Serikat, alergik terhadap pancaran signal elektromagnetik tersebut diperkirakan menimpa sekitar lima persen warganya. Penyakit yang dikenal sebagai electromagnetic hypersensitivity (EHS) itu ditandai dengan gejala sakit kepala, kejang otot, kulit terbakar, dan sakit kronis.
Selain pancaran signal Wi-Fi, kondisi itu juga diperkuat pengaruh tampilan signal ponsel yang sangat keras, dan satelit.
Diane Schou, salah satu penderita, berkisah kepada BBC, "Wajahku berubah merah, kepala rasanya sakit, penglihatan terganggu, dan terasa sakit saat berpikir. Dan, belakangan aku juga mulai merasa pedih di dada. Bagi saya, rasanya seperti mengancam jiwa."
Demi mengurangi penderitaannya, ia sempat tinggal di sebuah kamar kayu yang didesain kedap dari gelombang elektromagnetik. Namun, cara itu tak cukup melindunginya. Bersama suaminya, ia terpaksa pindah dari rumahnya di Iowa ke sebuah desa terpencil di Green House, Virginia Barat, di mana hanya dihuni sekitar 143 penduduk.
Kasus serupa dialami Janice Tunnicliffe. Wanita 55 tahun ini kesakitan setiap terdekat dengan perangkat yang memancarkan medan elektromagnetik, seperti Wi-Fi, televisi, lampu, radio, televisi. "Wi-Fi membuat saya merasa memiliki sumpit di belakang kepala yang menarik paksa kehidupan saya," ucapnya seperti dikutip Daily Mail.
Pemerintah Swedia dan Swiss percaya kondisi ini. Tetapi, UK Kesehatan Protection Agency mengatakan bahwa para peneliti gagal dalam mengembangkan hubungan antara gelombang elektromagnetik dan penyakit. Banyak dokter bahkan percaya bahwa kondisi seperti yang dialami Tunnicliffe hanya sebuah psikosomatis.
Graham Lamburn, dari Powerwatch, sebuah organisasi yang meneliti efek medan elektromagnetik, mengatakan tiga sampai empat persen dari populasi melaporkan sensitivitas terhadap electrosensitivity. "Ke semacam ini jarang, tetapi ada beberapa orang yang harus melepaskan rumah dan pekerjaan karena electrosensitivity."
Sementara Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengatakan bahwa sejumlah kasus hanya kasuistik. "EHS tidak memiliki kriteria diagnostik yang jelas. Tidak ada dasar ilmiah untuk menghubungkan gejala EHS dengan medan elektromagnetik. EHS bukanlah diagnosis medik," demikian pernyataan resmi WHO. (Umi)
0 comments:
Post a Comment